Bantah Pernah Bermain di Persitara, Ini Alasan Gading Marten Kubur Impian Jadi Pesepakbola

Jakarta, Insertlive -

Gading Marten buka suara terkait rumor yang menyebut dirinya pernah menjadi pemain sepak bola profesional, dan bermain untuk tim Persitara Jakarta Utara.

Putra Roy Marten ini membantah kabar tersebut dan mengungkap alasan unik dirinya memilih untuk mengubur impian menjadi pesepakbola.

Gading menjelaskan bahwa anggapan dirinya mantan atlet sepak bola adalah sebuah kesalahpahaman.

"Nah, ini tuh salah. Jadi orang banyak yang nyangka gue main di Persitara. Enggak, gue itu pengin banget jadi pemain bola, cuma enggak kesampaian," kata Gading di YouTube 3Second TV, Senin (21/7).

Fans berat AC Milan ini mengaku memang beberapa kali bermain bola di lapangan milik Persitara bersama teman-temannya.

Kemungkinan besar itulah yang membuat publik salah mengira dirinya bagian dari klub tersebut.

"Main bola tapi di lapangan Persitara. Udah lama banget," ucap pria kelahiran 1982 itu.

Tak hanya sekadar bermain iseng, Gading bahkan sempat serius ingin meniti karier sebagai pesepak bola.

Sejak duduk di bangku sekolah, ia bermimpi bisa bergabung dengan klub besar seperti Persija dan sempat berencana mendaftar ke sekolah sepak bola mereka.

"Pas zaman gue sekolah, gue pengin banget jadi atlet Persija, terus gue pengin sekolah Persija," kenangnya.

Namun, impian itu akhirnya kandas karena satu hal yang terdengar lucu namun benar-benar membuatnya kehilangan minat.

"Enggak jadi karena gue masuk WC, ilfeel, kayaknya enggak deh, mendingan bola hobi aja deh," ujar Gading santai.

Meski tidak menjadi pemain bola profesional, Gading Marten tetap memiliki kedekatan emosional dengan dunia sepak bola.

Mantan suami Gisel ini juga menuturkan bahwa kecintaannya terhadap olahraga ini sudah tumbuh sejak kecil.

"Dari kecil gue nonton bola sama opa gue almarhum," tutup bintang film Love for Sale itu dengan nada hangat.

Kini, meski hanya sebagai penonton dan pemain amatir, Gading tetap menjaga cintanya pada dunia sepak bola.

Gading membuktikan bahwa tak semua mimpi harus jadi kenyataan, selama masih bisa dinikmati sebagai bagian dari hidup.

(ikh/ikh)