Fairuz A Rafiq Belajar Bersyukur dari Tunanetra Penjual Sapu: Aku Malu Masih Suka Ngeluh

1 day ago 7

Fairuz A Rafiq Fairuz A Rafiq Belajar Bersyukur dari Tunanetra Penjual Sapu: Aku Malu Masih Suka Ngeluh / Foto: Marianus Harmita

Jakarta, Insertlive -

Fairuz A Rafiq mendapat kesempatan berharga untuk terjun langsung menyalurkan zakat fitrah kepada mereka yang membutuhkan.

Bersama sebuah lembaga amal, ia menyapa warga di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, membawa sedikit kebahagiaan bagi mereka yang menjalani hidup dengan segala keterbatasan.

Fairuz tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Baginya, berbagi bukan hanya soal memberi, tetapi juga belajar memahami kehidupan dari sudut pandang yang berbeda.


"Begitu ada kesempatan ini, aku nggak pakai pikir panjang. Rasanya senang banget bisa turun langsung dan melihat sendiri bagaimana zakat ini benar-benar bermanfaat buat mereka yang membutuhkan," kata Fairuz A Rafiq dilansir dari Detik pada Senin (31/3).

Namun, di balik kebahagiaan itu, ada perasaan lain yang tiba-tiba menyelinap ke dalam hatinya-rasa malu.

Di antara banyak orang yang ditemuinya hari itu, ada satu sosok yang membuat Fairuz terdiam. Seorang bapak tunanetra, yang meski hidup dalam keterbatasan, tetap berjuang dengan gigih.

Bapak itu tinggal sendirian di gang kecil selama 14 tahun. Tanpa keluarga yang menemani, tanpa mata yang bisa melihat dunia seperti orang lain.

Tapi ia tidak menyerah. Dengan tangan yang terbiasa meraba, ia tetap bekerja, menjual sapu dan menawarkan jasa pijat demi menyambung hidup.


Fairuz menatapnya dengan kagum sekaligus haru. Bagaimana bisa seseorang yang begitu terbatas masih punya semangat sebesar itu?

"Aku malu sama diri sendiri. Kita ini sering banget ngeluh, entah soal capek, rumah yang terasa kurang luas, atau hal-hal kecil lainnya. Padahal di luar sana, ada orang-orang yang hidupnya jauh lebih sulit tapi mereka nggak pernah mengeluh," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Bagi Fairuz, pertemuan dengan bapak tunanetra itu adalah pengingat berharga. Hidup bukan tentang seberapa banyak yang kita punya, tapi seberapa besar rasa syukur yang kita bawa dalam hati.

"Beliau ini contoh nyata bahwa kehidupan harus dijalani dengan keikhlasan. Tanpa banyak keluhan, tanpa rasa putus asa," tutupnya.

Fairuz pun berharap momen ini bisa menjadi pelajaran, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk banyak orang. Karena terkadang, inspirasi terbesar datang dari mereka yang selama ini luput dari perhatian kita.

(ikh/ikh)

Tonton juga video berikut:

Read Entire Article
Makassar Info | Batam town | | |