Oleh: Fadly Kasim
Setiap kali generasi berganti, keluhan yang sama selalu terdengar, bahwa generasi saat ini jauh lebih menantang. Hari ini kita berhadapan dengan Gen Z dan Gen Alfa, sebuah “Generasi Lifestyle” yang tumbuh dalam kepungan teknologi. Namun, kita tidak boleh pesimis. Kita harus sadar bahwa anak-anak kita bukanlah replika dari generasi kita, mereka adalah pemilik zamannya sendiri yang butuh pendekatan berbeda.
Salah satu kesalahan fatal kita adalah memaksakan kehendak tanpa membangun minat. Kita ambil contoh, literasi banyak anak dipaksa membaca hingga mereka memang “bisa membaca”, namun sebenarnya mereka kehilangan kecintaan pada buku itu sendiri. Proses yang dipaksakan hanya akan menjadi pengalaman traumatik. Kita mendambakan hasil yang cepat, namun lupa bahwa pendidikan tanpa rasa suka hanya akan melahirkan keahlian tanpa jiwa.
Mendidik anak memang tidak gampang, apalagi di tengah arus zaman yang lebih memuja materi. Saat ini, sebagian besar orang tua terjebak dalam kekhawatiran ekonomi yang berlebihan. Pertanyaan yang menghantui adalah “Besok anak saya kerja apa? Ekonominya cukup atau tidak?” Kita begitu sibuk mempersiapkan isi saku mereka, hingga kita lupa membangun fondasi mental dan karakter. Padahal, pembentukan mental itu ada di tangan kita, para orang tua.
Sebagai alternatif, kita perlu menengok kembali mutiara Ibnu Sina dalam membentuk cara hidup sehat secara utuh.
Pertama, Sehat Jasmani. Ini adalah fondasi fisik agar anak mampu beraktivitas dan berkarya. Kedua, Stabil secara Emosional. Kita harus paham bahwa emosi anak tidak bisa hanya “diceramahkan” lewat nasihat lisan. Pendidikan yang efektif adalah keteladanan. Kita tidak bisa menuntut anak bermental kuat jika kita sendiri tidak mencontohkan ketangguhan dalam keseharian.
Ketiga, Bersih Hati dan Pikiran. Ini berkaitan dengan pembentukan mindset atau cara pandang tentang hidup. Kita harus membekali anak-anak dengan kacamata yang jernih agar mereka tidak hanya melihat segalanya dari nilai materi atau gaya hidup semata.
Keempat, Moral dan Spiritualitas. Moral diawali dengan kesadaran, apakah anak kita memiliki keinginan dalam dirinya untuk menjadi orang baik? Jika moral tidak terbentuk sejak dini, mereka akan merasa nyaman-nyaman saja melakukan hal negatif. Sementara itu, spiritualitas adalah tentang menumbuhkan kesadaran batin bahwa ada “hal besar” di luar diri kita. Kita ingin anak memiliki kesadaran bahwa hidup ini tidak sendirian, ada Tuhan yang mengawasi, menuntun, dan mempengaruhi setiap langkah kita.
Generasi Gen Z dan Gen Alfa mungkin terlihat berbeda secara penampilan, namun kebutuhan dasar mereka akan kasih sayang dan figur teladan tetaplah sama. Jangan biarkan ketakutan akan masa depan ekonomi membuat kita lalai dalam membangun akar karakter mereka. Mari kita kembalikan pendidikan ke rumah. Sebab pada akhirnya, sekolah adalah tentang bagaimana anak-anak kita belajar menjalani hidup dengan martabat.
Pendidikan sejati bukan hanya soal menjamin “MBG” Makan Besok paGi saja, tetapi menanamkan cara hidup sehat lahir dan batin sebagai hadiah terbaik. Ini Adalah bekal yang memastikan nyala cita-cita mereka tetap terjaga, dibimbing oleh moral yang kuat dan spiritualitas yang jernih.
(Penulis adalah Mahasiswa Pendidikan Vokasi Keteknikan PPs UNM)
















































