Terancam Kena Take Down, Pihak Koin Jagat yang Viral Akhirnya Buka Suara

Jakarta, Insertlive -

Aplikasi Jagat selaku inisiator Koin Jagat yang kini viral di media sosial akhirnya buka suara, usai terancam kena take down dari pemerintah akibat banyaknya pengguna yang berburu Koin Jagat dan menyebabkan dampak negatif di ruang publik.

Lewat akun Instagram resmi aplikasi Jagat, @jagatapp_id, disebut bahwa pihaknya telah menerima banyak masukan dari pengguna aplikasi itu. Pihak aplikasi Jagat kemudian memberikan informasi penting bagi para pengguna yang tengah berburu koin.

Pihak aplikasi Jagat menegaskan bahwa koin tidak akan muncul di area yang tertanam dalam tanah, tenggelam di air, atau tersembunyi di balik batu bata dan tempat lainnya yang memaksa pemburu Koin Jagat untuk membongkar area tertentu. Selain itu, Koin Jagat juga dipastikan tidak berada di area yang tak diizinkan untuk dimasuki.

"Pengguna aplikasi Jagat diimbau untuk mencari koin dengan cara yang sopan dan tidak merusak lingkungan atau mengganggu warga sekitar," tulis akun aplikasi Jagat pada keterangan unggahannya, dikutip Rabu (15/1).

Jagat kemudian juga mengimbau pada semua pihak yang menemukan perilaku tidak bertanggung jawab saat berburu koin untuk melaporkan nomor koin tersebut agar dapat diverifikasi. Jika laporan terbukti benar, maka Koin Jagat tersebut bisa dianggap tidak sah dan tidak dapat ditukar dengan hadiah.

Sementara pada unggahan lain, Jagat juga menyebut aplikasi mereka tidak seperti media sosial lainnya. Mereka mengatakan bahwa aplikasi Jagat berfokus pada hubungan antarorang, mempererat hubungan dengan teman dekat bahkan bertemu dengan orang lain di dunia nyata.

Aplikasi ini sebelumnya sempat terancam di-take down oleh Pejabat (Pj) Gubernur Jakarta Teguh Setyabudi jika aktivitas pengguna yang berburu Koin Jagat terus menimbulkan dampak negatif terhadap fasilitas umum. Teguh kemudian menuturkan bahwa terdapat beberapa hal yang telah menjadi perhatian soal kasus pemburu Koin Jagat yang merusak fasilitas umum di Jakarta.

"Pastinya ada beberapa variabel, tapi kalau memang lebih banyak dampak negatifnya mudah-mudahan juga bisa di-take down," tutur Teguh.

(Arundati Swastika/fik)