batampos – Dinas Kesehatan (Dinkes) Batam menggelar Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dengan target ribuan siswa SD. Meski imunisasi ini penting untuk mencegah penyebaran penyakit, Dinkes Batam mengingatkan adanya kemungkinan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) pada sebagian anak penerima vaksin.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Batam, Melda Sari, mengatakan bahwa semua jenis vaksin memiliki potensi menimbulkan reaksi simpang atau KIPI. KIPI ini terbagi menjadi reaksi lokal dan reaksi sistemik.
“Reaksi lokal seperti nyeri, bengkak, dan kemerahan pada lokasi suntikan adalah yang paling sering terjadi. Sedangkan reaksi sistemik bisa berupa ruam, demam, hingga malaise atau kondisi badan lesu,” ujar Melda, Kamis (14/11).
Baca Juga: Cegah Difteri dan Tetanus, 329 Siswa SDN 006 Batam Ikut Imunisasi BIAS
Menurut Melda, vaksin campak rubela, tetanus (DT dan ATD), dan HPV adalah yang diberikan selama BIAS, dan masing-masing memiliki potensi reaksi lokal dan sistemik.
“Untuk vaksin campak rubela, reaksi lokal berupa nyeri dan kemerahan muncul pada sekitar 10 persen penerima, begitu juga vaksin DT dan ATD. Sedangkan vaksin HPV menimbulkan reaksi lokal pada sekitar 1 hingga 10 persen penerima,” jelasnya.
Selain reaksi lokal, KIPI juga bisa berupa reaksi sistemik seperti demam dan rewel. Gejala demam pada vaksin campak rubela dapat terjadi pada 5-15 persen penerima, sedangkan vaksin tetanus, DT, dan ATD kurang dari 10 persen. “Demam akibat vaksin HPV juga sangat jarang, di bawah 10 persen,” tambah Melda.
Melda menjelaskan bahwa meskipun efek ini mungkin terjadi, tim kesehatan selalu siap untuk memantau dan menangani bila ada KIPI. Ia mengimbau agar orang tua tidak khawatir berlebihan. “Jika ada gejala yang dirasakan pasca imunisasi, laporkan segera kepada petugas kesehatan yang bertugas untuk dilakukan pemantauan lanjutan,” kata Melda.
Dinkes Batam menargetkan program imunisasi ini dapat mencapai seluruh siswa kelas satu, dua, dan lima di Kota Batam, dengan total target 66.800 siswa. Pemberian imunisasi ini diharapkan dapat mencegah penyakit serius seperti difteri dan tetanus serta memastikan kesehatan anak-anak Batam tetap terjaga.
Kepala Dinkes Batam, Didi Kusmarjadi menjelaskan, dari total target tersebut, sebanyak 22.422 siswa kelas satu akan menerima imunisasi Difteri Tetanus (DT). Sementara 22.189 siswa kelas dua dan lima masing-masing akan mendapatkan imunisasi Tetanus Difteri (TD).
Hingga saat ini, capaian imunisasi untuk siswa kelas satu mencapai 5,1 persen atau sekitar 1.148 siswa. Sementara itu, 4,4 persen atau 973 siswa kelas dua, dan 4,6 persen atau 1.010 siswa kelas lima sudah menjalani imunisasi.
“Pemberian imunisasi ini dilaksanakan langsung di sekolah-sekolah di Kota Batam. Namun, bagi siswa yang tidak dapat mengikuti imunisasi di sekolah, mereka dapat mengunjungi puskesmas terdekat untuk mendapatkan layanan imunisasi,” ujar Didi.
Sebanyak 21 puskesmas yang tersebar di seluruh kecamatan siap melayani pemberian imunisasi DT dan TD bagi siswa yang belum diimunisasi di sekolah “Program ini merupakan upaya penting untuk menjaga kesehatan anak-anak Kota Batam, terutama dari risiko penyakit serius seperti difteri dan tetanus,” kata dia. (*)
Reporter: Rengga Yuliandra