batampos – Dinas Kesehatan (Dinkes) Batam menggelar Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dengan target ribuan siswa SD. Meskipun imunisasi ini penting untuk mencegah penyebaran penyakit, Dinkes Batam mengingatkan bahwa setiap vaksin berpotensi menimbulkan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) pada sebagian anak penerima vaksin.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Batam, Melda Sari, menjelaskan bahwa semua jenis vaksin memiliki potensi menimbulkan reaksi atau KIPI. KIPI terbagi menjadi dua jenis, yaitu reaksi lokal dan reaksi sistemik.
”Reaksi lokal seperti nyeri, bengkak, dan kemerahan pada lokasi suntikan adalah yang paling sering terjadi. Sementara itu, reaksi sistemik bisa berupa ruam, demam, hingga malaise atau kondisi tubuh yang lemas,” ujar Melda, Kamis (14/11).
Melda menyebutkan bahwa vaksin yang diberikan selama BIAS meliputi vaksin campak rubela, tetanus (DT dan ATD), serta HPV, yang masing-masing memiliki potensi menimbulkan reaksi lokal maupun sistemik.
”Untuk vaksin campak rubela, reaksi lokal berupa nyeri dan kemerahan muncul pada sekitar 10 persen penerima, demikian juga untuk vaksin DT dan ATD. Sedangkan vaksin HPV dapat menimbulkan reaksi lokal pada sekitar 1 hingga 10 persen penerima,” jelasnya.
Selain reaksi lokal, KIPI juga dapat berupa reaksi sistemik seperti demam atau rewel. Gejala demam pada vaksin campak rubela dapat terjadi pada 5 hingga 15 persen penerima, sedangkan vaksin tetanus, DT, dan ATD kurang dari 10 persen. ”Demam akibat vaksin HPV juga sangat jarang, yaitu di bawah 10 persen,” tambah Melda.
Melda menjelaskan bahwa meskipun efek samping ini mungkin terjadi, tim kesehatan selalu siap untuk memantau dan menangani KIPI apabila terjadi. Ia mengimbau orang tua agar tidak khawatir berlebihan. ”Jika ada gejala yang dirasakan setelah imunisasi, segera laporkan kepada petugas kesehatan yang bertugas untuk dilakukan pemantauan lanjutan,” kata Melda.
Dinkes Batam menargetkan program imunisasi ini dapat mencakup seluruh siswa kelas satu, dua, dan lima jenjang SD di Kota Batam, dengan total target 66.800 siswa. Pemberian imunisasi ini diharapkan dapat mencegah penyakit serius seperti difteri dan tetanus serta memastikan kesehatan anak-anak di Batam tetap terjaga.
Kepala Dinkes Batam, Didi Kusmarjadi, menjelaskan bahwa dari total target tersebut, sebanyak 22.422 siswa kelas satu akan menerima imunisasi Difteri Tetanus (DT). Sementara itu, 22.189 siswa kelas dua dan lima masing-masing akan mendapatkan imunisasi Tetanus Difteri (TD).
Hingga saat ini, capaian imunisasi untuk siswa kelas satu mencapai 5,1 persen, atau sekitar 1.148 siswa. Sedangkan 4,4 persen atau 973 siswa kelas dua, dan 4,6 persen atau 1.010 siswa kelas lima, telah menjalani imunisasi.
”Pemberian imunisasi ini dilaksanakan langsung di sekolah-sekolah di Kota Batam. Namun, bagi siswa yang tidak dapat mengikuti imunisasi di sekolah, mereka dapat mengunjungi puskesmas terdekat untuk mendapatkan layanan imunisasi,” ujar Didi.
Sebanyak 21 puskesmas yang tersebar di seluruh kecamatan siap melayani pemberian imunisasi DT dan TD bagi siswa yang belum diimunisasi di sekolah. ”Program ini merupakan upaya penting untuk menjaga kesehatan anak-anak Kota Batam, terutama dari risiko penyakit serius seperti difteri dan tetanus,” kata Didi. (*)
Reporter : Rengga Yuliandra