Hasil Survei, Banyak Pekerja di Indonesia Alami Stres Karena Beban Kerja Overload dan Self-Work Balance Rendah

3 days ago 7
Ilustrasi pekerja yang sedang stres. (jpg)

batampos – Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa (Keswa) menyampaikan hasil survei kesehatan jiwa di kalangan pekerja sektor keuangan.

Hasilnya banyak pekerja mengalami stres. Di antara pemicunya adalah beban kerja yang berlebihan alias overload dan self-work balance yang negatif atau rendah.

Hasil survei Kaukus Keswa itu dipaparkan di hadapan sejumlah media di Jakarta pada Rabu (13/11). Hasilnya, pekerja sektor keuangan di Indonesia terbukti rentan alami gangguan kesehatan jiwa.

Hasil survei Kaukus Keswa menemukan hampir 30 persen pekerja sektor keuangan di Indonesia mengalami stres kerja. Terutama berwujud kekurangan semangat atau energi kerja dan kelelahan kerja.

Peneliti utama dan inisiator Kaukus Keswa Ray Wagiu Basrowi menjelaskan, studi itu menunjukkan bahwa pekerja usia muda atau berusia dibawah 40 tahun dan pekerja perempuan di sektor keuangan, merupakan kelompok yang paling rentang alami gangguan kesehatan jiwa atau mental health illnes.

“Dari penelitian ini kami temukan bahwa jenis lack of vigor atau kehilangan stamina kerja dan fatgiue atau kelelahan dan kelesuan kerja terjadi secara signifikan pada 30 persen (responden). Terutama pekerja perbankan dan lembaga keuangan BUMN,” jelasnya.

Ray mengatakan, survei itu memberikan data baru bagi status kesehatan jiwa pekerja di Indonesia. Karena belum pernah ada data valid skala besar yang menggambarkan status mental pekerja di sektor keuangan secara spesifik.

Meskipun survei memotret pekerja sektor keuangan, tetapi juga bisa menjadi gambaran pekerja secara umum.

Dia menambahkan, studi itu menggunakan instrumen tervalidasi berupa kuesioner New Brief Job Stress Questionnaire (SV-NBJSQ). Dan sangat sensitif dalam mengidentifikasi potret status kejiwaan dan potensi stres serta penyebabnya dikalangan pekerja.

Secara umum, identifikasi instrumen ini menunjukkan beberapa hasil yang juga mengejutkan. Yaitu pekerja dengan usia lebih muda (di bawah 40 tahun) 2,4 kali lebih berisiko mengalami kurang energi atau kurang aktif bekerja karena faktor stres.

Temuan berikutnya adalah 33 persen pekerja level staf dan hampir 30 persen pekerja keuangan sektor swasta mengalami kurang energi atau kurang aktif bekerja karena faktor stres. Bahkan 53,8 persen debt collector mengalami kurang energi atau kurang aktif dalam bekerja karena faktor stres.

Ray menjelaskan, ada tiga faktor stressor yang secara mayoritas berpotensi menyebabkan atau meningkatkan risiko stres kerja.

Yaitu kurangnya keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi atau work-life balance yang tidak diperoleh. Kemudian adanya potensi garis koordinasi atau instruksi didalam organisasi yang kurang baik. Serta seringnya overload atau beban kerja lebih dalam dunia kerja.

Ketua Tim Peneliti Kaukus Keswa Prof. Rofikoh Rokhim menegaskan, penelitian ini sangat valid karena melibatkan 5.560 responden yang tersebar di seluruh sub sektor keuangan di Indonesia.

Baik perbankan, asuransi, regulator, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), hingga fintech yang tersebar di 36 provinsi.

Guru besar Universitas Indonesia itu mengatakan, survei mereka membuktikan bahwa risiko gangguan kesehatan jiwa juga tinggi pada pekerja sektor keuangan.

“Mengapa? Karena tekanan dan dinamika industri keuangan itu sangat berat dan bervariasi, karena berurusan dengan aspek regulasi yang ketat,” ungkap Rofikoh yang juga Kepala Program Studi Magister Manajemen FEB UI itu. (*)

Read Entire Article
Makassar Info | Batam town | | |