Batam dikenal sebagai salah satu kota terbanyak yang melakukan eksploitasi seksual terhadap anak. Hal ini menjadi alasan utama berdirinya komunitas RAEKSA di Kota Batam.
Komunitas Remaja Anti Eksploitasi Seksual Anak atau biasa dikenal RAEKSA, adalah kumpulan remaja SMA yang memiliki kepedulian pada anak. Khususnya untuk mencegah eksploitasi yang terjadi pada anak.
RAEKSA dibentuk Efrizal di bawah naungan Yayasan Embun Pelangi (YEP) 16 Maret 2017. Tahun 2024 ini sudah memasuki generasi keenam.
Ketua RAEKSA saat ini adalah Thalita Fadillah Ramadhani yang berasal dari SMAN 3 Batam. Pembina dari RAEKSA adalah Irwan Setiawan, aktivitis kemanusiaan, khususnya di ranah anak dan perempuan.
”Biasanya kami manggil Akang Irwan,” sebut Thalita.
Adapun inisiasi dari berdirinya komunitas RAEKSA ini, adalah karena meningkatnya kasus eksploitasi anak. Selain itu, RAEKSA juga menjadi wadah bagi suara anak yang ingin mengurangi, teredukasi, dan mengedukasi tentang eksploitasi anak, kepada anak, oleh anak, dan untuk anak.
Anggota RAEKSA berasal dari siswa-siswi SMA/SMK/MA, baik itu negeri maupun swasta. Di antaranya ada yang berasal dari MAN Batam, SMAN 3 Batam, SMAN 8 Batam, SMAN 5 Batam, SMAN 17 Batam, SMAN 20 Batam, SMKN 7 Batam, SMKN 5 Batam, SMKN 1 Batam, SMKS Pelita Harapan, dan SMKN 2 Batam.
”Anggota RAEKSA saat ini berjumlah 28 orang,” sebut Thalita.
Program kerja yang dilakukan RAEKSA seperti Goes to School, MATSAMARA, dan penyampaian materi mengenai Konvensi Hak Anak dan Eksploitasi Seksual Anak (ESA), Internasional Women Day, edukasi dan study case melalui Instagram dan masih banyak lagi program-program RAEKSA yang dilakukan pada hari besar.
”Setiap generasi biasanya punya program kerja yang berbeda-beda,” imbuh Thalita.
Thalita mengatakan bahwa eksploitasi yang sering terjadi pada anak di Batam, seperti kekerasan secara fisik atau psikologis dari orangtuanya. Dan banyak juga anak yang merasakan kekerasan saat pacaran yang dilakukan oleh pasangannya.
”Tidak lupa juga Batam merupakan salah satu kota terbanyak yang melakukan eksploitasi seksual terhadap anak,” tambahnya.
Biasanya, RAEKSA mendapat informasi dari berita, sosial media, dan bisa juga melalui Yayasan Embun Pelangi sendiri. Selain itu, saat melakukan edukasi, sering dijalankan studi kasus. Ini membuat orang lebih membuka mata lagi terhadap kekerasan yang terjadi di berita, atau yang sering terjadi di lingkungan sekitar.
RAEKSA melakukan open rekrutmen setiap setiap tahun di bulan Desember. Untuk alurnya, biasanya akan di-posting di Instagram RAEKSA, yaitu @officialraeksa, terbuka untuk seluruh remaja kelas 10-12 SMA/SMK/MA di Kota Batam.
”Nanti akan ada timeline-nya, mulai dari pengisian form, wawancara, hingga pengumuman,” beber Thalita.
Irwan selaku pembina meng-ungkapkan, setelah komunitas ini berdiri, terlihat perubahan yang terjadi pada remaja seusia RAEKSA, baik di sekolah maupun di lingkungan keagamaan. Mereka jadi paham dan mengerti terkait bahaya eksploitasi seksual pada anak, dan kekerasan terhadap anak.
”Sebelumnya anggota RAEKSA akan mendapatkan pelatihan untuk memahami bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak, dan setelahnya mereka akan melakukan sosialisasi dan edukasi ke sekolah-sekolah serta lingkungan terdekat mereka,” papar Irwan.
Dengan didirikannya komunitas ini, diharapkan ke depan anak-anak maupun remaja di Batam lebih memperhatikan kedamaian, keamanan, dan hak-hak pada anak tersebut, oleh pemerintah maupun keluarga sendiri. Selain itu, setelah anak dan orangtua di Batam diberikan edukasi mengenai kekerasan terhadap anak, mereka akan lebih mengerti betapa buruknya melakukan kekerasan ataupun eksploitasi seksual kepada anak.
”Harapannya semoga tidak ada lagi anak-anak yang mendapatkan kekerasan fisik, seksual, dan kekerasan dalam bentuk lainnya,” ujar Irwan menutup perbincangan. (*)
Reporter: TIA CAHYA NURANI