batampos – Praktek prostitusi online yang melibatkan kaum pelajar kembali disoroti masyarakat di Batuaji dan Sagulung. Transaksi esek-esek yang menjajakan jasa layanan anak dibawah umur ini semakin masif terjadi. Ini jadi kekhawatiran serius para orangtua di sana sebab anak mereka bisa saja terjerumus menjadi korban ataupun pelaku praktek prostitusi ini.
Masyarakat berharap agar pihak terlatih untuk serius memperhatikan persoalan ini. Penegakan dari pihak kepolisian sangat diperlukan untuk menyelamatkan generasi muda dari praktek pergaulan bebas ini. Begitu juga dengan dinas terkait yang berwenang mengawasi lokasi perhotelan, wisma atau tempat penginapan lainnya untuk memperketat pengawasan di lapangan. Hotel dan tempat penginapan yang melayani praktek prostitusi ini harus diberi sanksi yang tegas.
Baca Juga: Hingga September 2024, 66 Orang Meninggal Dunia karena AIDS
“Pemerintah baru ini fokusnya mempersiapkan generasi emas untuk Indonesia yang lebih baik. Generasi emas ini ya anak-anak kita ini. Tolong ini diperhatikan karena semakin masif dan terang terangan praktek prostitusi online yang melibatkan anak-anak sekolah ini, ” ujar Suherman, warga Bukit Tempayan, Kecamatan Batuaji.
Sulaiman sendiri mengaku, sering memergoki aktifitas yang menyimpang oleh anak dibawah umur ini sebab, dia adalah sopir taksi online yang kerap mangkal di dekat kawasan perhotelan dan wisma. Malam hari dia sering mengantar penumpang dari kalangan pelajar ini, usai melakukan transaksi di hotel kelas melati.
“Tahu kita dari gerak gerik mereka ketika keluar dari hotel. Saya sering ngobrol dengan mereka dan memang ke sana arahnya. Jual diri. Padahal masih sekolah. Inikan miris. Orangtua mungkin di rumah pikir anaknya sedang kerja kelompok atau belajar, rupanya cek in ke hotel. Bahkan ada yang keliaran di sekitar hotel sampai subuh, ” tutur Sulaiman.
Warga yang berdiam dan berjualan di sekitar ruko Limanda, Kelurahan Buliang Batuaji juga menyampaikan hal yang sama. Praktek prostitusi online anak dibawah umur semakin marak kini. Setiap malam banyak anak remaja yang keluar masuk ke lokasi hotel kelas melati yang ada di sekitar ruko tersebut. Bahkan kafe remang-remang juga ramai dengan anak dibawah umur.
“Semakin ramai sekarang dengan anak-anak sekolah ini. Setiap malam itu. Keluar dari kafe kadang langsung cek in ke hotel. Semakin mengkhawatirkan lingkungan kami ini, ” kata Saurma, warga perumahan Pandawa, Batuaji.
Apa yang dikhawatirkan masyarakat ini pernah dibuktikan jajaran Polsek Batuaji dan Seibeduk beberapa waktu lalu. Bahkan ungkapan Polsek Seibeduk, mucikari muda kerap menyalurkan anak dibawah umur atau pelajar ke pria hidung belang. Meskipun lokasi pengungkapannya di kawasan Kampung Aceh Muka kuning, namun mucikari muda ini tinggalnya di Batuaji dan dia juga sering beraksi di Batuaji.
Demikian dengan Polsek Batuaji juga pernah mengungkap jaringan prostitusi yang melibatkan anak dibawah umur ini. Mucikari nya bahkan juga siswi yang masih aktif sebagai pelajar waktu itu. Ini hendaknya jadi perhatian serius dari aparat penegak hukum agar praktek prostitusi online anak dibawah umur ini bisa diberantas.
Sementara di lapangan, Batam Pos juga mendapati maraknya praktek prostitusi terselubung anak dibawah umur ini. Aplikasi MiChat menjadi media favorit bagi pelaku ataupun penikmat layanan protitusi terselubung tersebut.
Penelurusan Batam Pos, pelaku protitusi ini terang-terangan menawarkan jasa layanan mereka pada keterangan profil aplikasi mereka. Tulisan beragam mulai dari terima short time hingga temani pelanggan semalaman. Mereka juga sudah memiliki lokasi hotel atau wisma langganan sehingga transaksi esek-esek ini berlangsung di hotel atau wisma yang sudah mereka tentukan. Tarif yang ditawarkan mulai dari Rp500 ribu hingga Rp1,5 juta.
Ls, salah satu pelaku prostitusi yang berhasil dihubungi menuturkan, praktik seperti ini sudah lama berlangsung dan bukan rahasia umum lagi bagi para pria yang ingin menikmati jasa layanan esek-esek tersebut. Pelaku prostitusi diakui sangat banyak. Aktifitas mereka ada juga yang dikoordinir oleh mucikari serta ada juga yang bergerak sendiri. “Kalau saya sendiri. Karena ada layanan massage juga,” ujarnya.
Ya praktek prostitusi online ini ada beragam modus. Mulai dari terang-terangan hingga bermoduskan pijat atau massage. Aktifitas massage plus-plus ini marak di perhotelan sebab lokasi massage yang sebelumnya cukup marak di sana sudah banyak tutup. Pelaku massage kini pindah ke hotel dan bekerja secara mandiri.
Polsek Batuaji saat kembali dikonfirmasi mengaku masih intens dengan pengawasan dan penindakan di lapangan. Praktek prostitusi ataupun kenakalan remaja pada umumnya masih jadi atensi dalam berbagai giat penertiban dan pengawasan.
“Itu tetap kita perhatian. Kita pantau. Tapi yang jauh lebih penting adalah pengawasan orangtua di rumah. Kami tak bosan-bosan untuk sampaikan ini agar perhatikan kegiatan anak di rumah. Anak keluar malam harus diperhatikan. Kalau kelamaan segera jemput atau telepon suruh pulang. Bila perlu jangan kasih ijin keluar di malam hari,” ujar Kanit Reskrim Polsek Batuaji Iptu Andi Pakpahan. (*)
Reporter: Eusebius Sara